Selasa, 18 November 2008

A STORY FROM CAPE TOWN

American Assosiation of Petroleum Geologists (AAPG) menyelenggarakan konferensi yang dihadiri para ahli geologi di dunia. Pada Selasa 28 Oktober 2008 mereka membahas penyebab semburan lumpur Lapindo. Mereka pakai istilah LUSI: Lumpur Sidoarjo.

Moderator acara ilmiah di Cape Town itu bertanya kepada para ahli setelah sesi acara presentasi dan debat ilmiah berakhir. Ternyata, 42 ahli menilai semburan Lumpur Lapindo disebabkan salah pemboran, 3 ahli menilai karena gempa Jogja dan 13 ahli berpendapat bahwa semburan Lumpur Lapindo akibat pemboran dan gempa Jogja, 16 ahli golput dengan alasan data inkonklusif, belum ngeh.

“Maaf! Anda yang dipojok adalah satu-satunya ahli yang belum berpendapat?” tanya moderator kepada ahli itu.

“Eh, eheh….. ehm… menurut saya, semburan lumpur Lapindo itu bisa mengakibatkan saham-saham usaha Grup Bakrie jatuh. Kepercayaan publik akan runtuh, sebab tanggung jawabnya tidak dipenuhi secara utuh. Perusahaan go public yang mempunyai isu negatif dan busuk pasti akan runtuh.”

“Maaf… pertanyaannya: apa penyebab semburan lumpur Lapindo? Tentu dari sudut geologi atau teknik,” moderator mengingatkan.

“Mana bisa saya menjawab penyebab semburan lumpur?”

“Anda ahli geologi dari mana?”

“Saya ahli ekonomi dari Unair, temannya Bapak Prof. Tjuk Sukiadi.”

“?????????????????????” moderator.

Surabaya, 17 Nopember 2008.

Senin, 18 Agustus 2008

Abunawar, Abugelap Batubara dan Lumpur Lapindo

Alkisah, kasus lumpur Lapindo menyedot perhatian dunia, alam kubur dan akhirat. Tak luput Abunawas yang sudah ada di alam kubur pun datang melihat lumpur Lapindo. Melihat masyarakat yang menjadi korban Lapindo itu Abunawas tergerak untuk membantu. Maka dia diberikan mandat oleh korban Lapindo untuk menghadapi kerajaan Aburizal Bakrie yang memproduksi lumpur itu.

Ini bukan Abunawas dari Baghdad yang terkenal itu lo ya! Ini Abunawas dari Lengkong, daerah Nganjuk. Kekekek....

"Wah, nama bosnya Lapindo kok ya Abu,... sama dengan namaku. Dia Aburizal, aku Abunawas. Ini namanya takdir," gumam Abunawas.

Abunawas ini memang cukup lihai. Bahkan Aburizal Bakrie pun bertekuk lutut kepadanya. Bayangkan, ribuan korban Lapindo yang surat-surat tanahnya tenggelam, bisa diganti dengan bekas karcis parkir. Dan Bakrie setuju. Apa nggak hebat!

Tetapi lama kelamaan lha kok Abunawas keluar jalur, membuat model penyelesaian sendiri. Dia memang sering melakukan musyawarah untuk menuju mufakat dengan pihak Lapindo, tapi kali ini kesepakatan musyawarahnya meleset tidak sesuai perjanjian korban Lapindo dengan Lapindo yang sudah diteken.

"Hai Abu! Bagaimana ini kok jadi begini. Perjanjian jual-beli tanah kok diubah menjadi perjanjian tukar tanah?" tanya warga marah-marah.

"Loh, kalian harus bersyukur kepada Alloh! Itu anugerah. Bayangkan, tanah kalian sudah jadi danau lumpur diganti dengan tanah yang sehat dan siap pakai. Kan malah untung!" jawab Abunawas.

"Ya nggak bisa begitu! Justru Abu Bakrie yang untung nggak perlu merebus tanah sudah bisa jadi bubur tanah alias lumpur itu!" Wah, ini pasti warga yang belum pernah membedakan rasa bubur ayam dengan bubur tanah... hehehe...

"Kalian ini dasar warga nggak tahu terima kasih! Gini aja aku kerja keras tawar-menawar dengan Lapindo!" kata Abunawas dengan geram.

"Oooo... ternyata keahlianmu tawar-menawar, tapi kok nggak bilang-bilang kami dulu. Saya kira kamu ini Abunawas yang cerdik itu! Eeeeee.... ternyata kamu ABUNAWAR alias Abunawas tukang tawar-menawar!"

Setelah kejadian itu, Abunawas asal Lengkong Nganjuk itu terkenal disebut sebagai Abunawar. Sedangkan Aburizal Bakrie sejak kasus peng-enthit-an dana bagi hasil tambang batubara yang dilakukan perusahannya di Kalimantan itu namanya dikenal sebagai Abugelap Batubara. Wah, apanya Cosmas Batubara? Hehehe... nggak ada hubungan marga. Cuma sama-sama orang Golkar.

Lha kok kasus lumpur Lapindo mengarah ke soal batubara? Ya mungkin saja batubara yang diembat dari kalimantan itu untuk bahan bakar memasak bubur tanah yang menjadi lumpur Lapindo itu. Makanya PLN kesulitan batubara. Kwakwakwakwak.......

Sabtu, 16 Agustus 2008

Semburan Lumpur Lapindo dan Pendapat Jaksa

Alkisah, penegakan hukum pidana kasus lumpur Lapindo maju-mundur. Si penegak hukum berkilah bahwa untuk menemukan kesalahan Lapindo harus menggunakan teori sebab-akibat (kausalitas).

Adanya danau lumpur yang menyengsarakan puluhan ribu rakyat Sidoarjo dan jutaan orang Jawa Timur merupakan akibat. Tapi penyebabkan sulit ditemukan karena kejadiannya di dalam bumi. Maka, disusunlah acara debat publik.

“Ini kasus yang sulit. Kejadiannya di dalam bumi. Siapa yang bisa melihat? Nggak ada kan?” tanya si Jaksa.

“Lha kalau nggak bisa dilihat, kenapa Lapindo tahu di dalam bumi Blok Brantas ada migasnya Pak Jaksa?” tanya Supeno, mahasiswa dari Universitas Kompal-Kampul (Unkam).

“Ya itu kan melalui penelitian. Ada alatnya mungkin,” jawab si Jaksa.

“Ya berarti kejadian semburan lumpur itu juga bisa diteliti dong Pak?” tanya Supeno.

“Masalahnya para ahli yang meneliti pendapatnya berbeda-beda?” tanya balik si Jaksa.

“Gini deh Pak. Maaf Pak. Bapak punya anak?” tanya Bagidot menyela.

“Iya. Anak saya dua. Satu kuliah di Komunikasi, satu di Hukum,” jawab Jaksa.

“Anak-anak Bapak itu akibat dari hubungan seks Bapak dengan isteri kan Pak?” tanya Bagidot.

“Apa maksud kamu ini? Fokus ke diskusi lumpur Lapindo dong!” bentak si Jaksa marah-marah. Hadirin tertawa riuh.

“Maaf Pak! Maksud saya begini: Pak Jaksa dengan isteri kan sudah berhubungan seks. Itu penyebab lahirnya anak-anak Bapak. Tapi kan nggak ada orang yang tahu, kapan dan di mana Bapak berhubungan seks dengan isteri. Iya kan Pak?..... Jadi, untuk membuktikan bahwa anak Bapak itu akibat perbuatan Anda dengan isteri, ya nggak perlu saksi langsung yang melihat Bapak berhubungan badan dengan isteri. Iya kan Pak? .....
Sama halnya semburan lumpur Lapindo ya nggak perlu ada saksi yang tahu kejadian di dalam bumi. Tapi kan yang jelas itu terjadi di 50 meter dari Sumur Banjar Panji 1 yang sedang bermasalah itu. Iya kan Pak.... ?”

Si Jaksa langsung saja berkemas pulang. Daripada meladeni orang yang menurutnya kurang waras itu....

Bagidot, 16/8/2008

Sabtu, 09 Agustus 2008

BPLS, Kuli dan Remaja Tidak Lulus SMA

Sekelompok anak remaja pada suatu Minggu datang dari jauh, tamasya lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo. Maklum, lumpur itu bukan sembarang lumpur, tapi terkenal di seluruh dunia. Nama “Sidoarjo” lebih terkenal dibandingkan nama “Indonesia”, seperti nama “Bali” yang juga lebih terkenal daripada “Indonesia.”

Salah seorang remaja yang sudah dua kali tidak lulus SMA bernama Rajikan bertanya kepada seorang kuli penanggulan lumpur, “Pak, siapa yang menugaskan Bapak di sini?”

“BPLS Mas,” jawab bapak kuli itu.

“Apa itu BPLS?” tanya Rajikan.

“Saya juga nggak tahu....., apa ya?” jawab kuli itu.

“Apa saja yang dilakukan si BPLS selama ini untuk mengatasi semburan lumpur Lapindo ini?” tanya Rajikan.

“Apa.... ya... Ya cuma membuat dan memperkuat tanggul,” jawab Pak kuli yang lebih terhormat dibandingkan pejabat koruptor.

“Wah, kalau kerjanya cuma memerintahkan membuat tanggul sih nggak perlu sekolah tinggi-tinggi Pak. Orang nggak usah sekolah juga bisa begitu! Mungkin Bapak ini lebih pintar membuat tanggul dibandingkan si BPLS yang cuma tukang perintah penanggulan itu,” kata Rajikan.

“Oh, saya tahu Pak! Si BPLS itu mungkin singkatan dari Bagian Penanggul Lumpur Seluas-luasnya?”

“Iya mungkin Mas.”

Kawakwakwakwak............ namanya juga nggak lulus SMA....!

Kamis, 12 Juni 2008

SEMPROTAN LUMPUR LAPINDO

Lapindo tidak sepakat dengan gerakan menutup lumpur lapindo yang dipioneri oleh Rudi Rubiandini, Buya Syafii Maarif, Tjuk Sukiadi, Sholahuddin Wahid, dan tokoh-tokoh lainnya, sebab Lapindo percaya dengan para ahlinya yang disewanya yang menyimpulkan bahwa semburan lumpur Lapindo itu akibat gempa Jogja. Kasihan deh gempa Jogja jadi tersangka!

Dalam mitos Jawa, konon gempa bumi disebabkan sang pemanggul bumi yaitu Semar atau Dewa Ismaya lagi capek sehingga mengalihkan bumi dari satu pundak ke pundaknya yang lain. Istilah Jawanya adalah: alihan, yaitu: mengalihkan beban, misalnya tadinya di pundak kiri ke pundak kanan. Wah, kalau begitu penyidik Polda Jatim harus mengirim surat panggilan kepada Mbah Semar dong?

Suatu hari, konon Lapindo sanggup mendatangkan ahli. Katanya dari Jepang. Namanya Prof. Mr. Morimoro .Sebelum ahli Jepang itu mempraktikkan keahliannya, lebih dulu diuji di depan para ahli pemboran dan perminyakan serta ahli geologi.

“Apa teori Anda Mister Moro?” tanya Prof. Asukun.

"Ah sederhana saja,” jawab Prof. Morimoro. “Tolong dilihat mulut saya ini ya! Coba saya masukkan air, lalu saya semburkan ..... bruuuuuuuuushshsh! Bedakan dengan kalau saya pakai semprotan ini! Yak...... cuuuuuuuuuuuuurrrrrrrr.....!"

Lebih besar mana volume air yang saya semburkan dengan yang keluar dari semprotan ini tadi?” tanya Morimoro.

“Besar semburan...... !!!!!!!!!!" jawab hadirin serentak.

“Okey? Itulah teori saya, bahwa semburan lebih besar dibandingkan semprotan. Jadi, usaha yang bisa dilakukan menurut saya bukan menghentikan semburan lumpur, tapi pemerintah harus memasang semprotan di bibir lubang tempat lumpur itu menyembur. Maka nanti namanya bukan lagi semburan lumpur Lapindo, tapi menjadi SEMPROTAN LUMPUR LAPINDO.

“Horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!" Hadirin bersorak, bertepuk tangan.

"Wah gak waras profesor iki!” kata seorang wartawan Surabaya sambil ngeloyor.

Rabu, 04 Juni 2008

Lapindo Lawan TKI Malaysia

Seorang warga Renokenongo Sidoarjo yang menjadi TKI di Malaysia baru bisa pulang setelah dua tahun peristiwa semburan lumpur Lapindo terjadi. Tanah dan rumahnya di Renokenongo Sidoarjo turut tenggelam, padahal itu dibeli dari tabungannya sebagai TKI. Karena belum mendapatkan uang jual-beli atas tanahnya yang terendam lumpur, ia mendatangani Lapindo.

“Maaf Pak. Bapak harus membuktikan bahwa Bapak punya tanah di sana!” kata petugas Lapindo.

“Dulu ada petok dan surat jual-belinya, tapi ya ikut tenggelam ke lumpur, sebab nggak ada yang njaga.”

“Tanpa bukti, tidak bisa diproses Pak,” jawab petugas itu.

“Katanya bisa dengan cara sumpah kalau nggak ada bukti hak?”

“Wah... sumpahnya harus kolektif Pak, dulu dengan Pak Emha Ainun Nadjib. Nggak ada sumpah gelombang berikutnya. Nanti jadi kayak pendaftaran mahasiswa baru,” kata petugas itu.

“Yah, ini tidak adil Pak. Lalu bagaimana nasib tanah saya yang tenggelam?”

“ Itu bukan urusan kami Pak.”

Karena tidak berhasil, orang itu mendatangi tempat semburan lumpur Lapindo dengan membawa truk sewaan. Lalu ia mengambil beberapa karung lumpur, diangkutnya lumpur itu di atas truk dan dibawa ke kantor Lapindo. Lantas dibebernya lumpur itu di halaman kantor Lapindo, sehingga para petugas Lapindo marah dan mendatangi orang itu.

“Apa maksud Bapak ini?” tanya si petugas.

Orang itu diam saja sambil cengar-cengir. Lalu datanglah si Bos besar Lapindo menghampiri orang itu.

“Bapak telah melanggar hukum karena mengotori halaman kantor kami dengan lumpur itu!” kata Bos Lapindo sambil berkacak pinggang.

“Alah Pak. Wong halaman kantornya dikasih lumpur sedikit aja kok marah, menuduh saya melanggar hukum. Lha Anda kan malah menenggelamkan desa-desa kami, ada puluhan ribu penduduk terusir, tapi para hakim bilang Anda tidak melanggar hukum? Para Jaksa juga bingung menyimpulkan Anda melanggar hukum atau tidak. Iya kan? Saya nggak percaya kalau tanah kantor ini milik Anda. Mana buktinya?”

Si Bos lalu minta petugasnya menunjukkan sertifikat HBG kantor itu ke korban lumpur itu. Dengan cekatan si TKI itu menyambar sertifikat itu, lalu memasukkan sertifikat itu ke dalam lumpur yang dibebernya. Kontan sertifikat itu rusak.

“Wah... kamu ini sembarangan ya, merusak sertifikat tanah kami!” kata Bos Lapindo, marah besar.

“Nggak usah marah Bos! Kita impas kan? Satu-satu. Anda hilangkan bukti hak saya, sekarang saya rusak bukti hak Anda. Pas kan? Hehehe....”

Lalu pergilah orang itu ke Malaysia lagi untuk menjadi TKI. Ia bersumpah tak akan kembali ke negara yang terancam tergenang lumpur. Kecuali kalau ia disuruh jadi presiden RI. Kwakkwakkwak.......!

Bagidot, 4/6/2008.

Lapindo Lawan Pedagang Jamu

Suatu hari, dalam proses transaksi jual-beli tanah dan rumah korban lumpur Lapindo berdasarkan Perpres No. 14/2007 terjadi kegaduhan.

“Bu. Ibu tahu nggak. Tanah ibu ini dihargai lima belas kali lipat dari harga menurut nilai jual obyek pajak (NJOP)-nya. Ibu pernah nggak baca tulisan Emha Ainun Nadjib di koran Surya bahwa lumpur Lapindo itu anugerah agung?” kata petugas Lapindo.

“Loh.... saya maunya 50 kali lipat dari NJOP-nya!” kata Ibu Minah yang dikenal sebagai pedagang jamu itu.

“Dari mana hitungannya?”

“Wah, goblok sampean! Begini: Pertama, tanah saya itu kan semakin tebal dan tinggi karena tergenang lumpur. Tambah tebal sekitar 17 meter dan bisa bertambah lagi. Kalau Lapindo mau menguruk tanah setinggi 17 meter, berapa biayanya? Lagipula, dengan adanya tambahan ketebalan tanah saya itu, cara menghitung harga tanah saya bukan pakai ukuran panjang kali lebar, tapi pakai hitungan: panjang kali lebar kali tinggi. Bukan lagi meter persegi, tapi meter kubik. Iya kan? Kedua, di bawah tanahnya itu ada kandungan gas dan minyak. Berapa harganya itu? Ketiga, kalau nanti bisa menjadi taman wisata lumpur atau suaka-geologi, berapa hasil karcisnya tiap hari?

Keempat, saya kehilangan pelanggan peminum jamu. Berapa kerugian saya per hari sampai dua tahun ini? Kelima, ada ajimat saya agar awet muda yang tenggelam ke dalam lumpur. Padahal itu lebih mujarab dibandingkan spa di salon-salon. Berapa kerugian imateriil saya? Gara-gara ajimat saya itu kan ada ahli dari kampus Unair dan lainnya yang bilang lumpur Lapindo bisa untuk spa? Iya kan? Lha kalau lumpur itu dijual ke salon-salon kecantikan di seluruh dunia, berapa hasilnya?”

Petugas Lapindo itu tak berkutik. Ia membenarkan pendapat Emha bahwa lumpur Lapindo itu anugerah agung. Tapi anugerah bagi Lapindo. Selain anugerah-anugerah itu juga ada anugerah lainnya, yaitu: Lapindo disantuni negara setiap tahun melalui APBN dan APBD.

Bagidot, 4/6/2008

Selasa, 03 Juni 2008

Ada Investor Tertarik Membeli Lumpur Lapindo?

(Senyum / marah sedikit)

IZIN LOKASI USAHA PENGUBURAN KEBODOHAN


Seorang investor asing datang ke Porong Sidoarjo. Ia tertarik membeli kubangan lumpur Lapindo. Gubernur Jawa Timur yang menyertai kunjungannya terheran-heran.

Gubernur : “Untuk apa Mister mau beli kubangan lumpur Lapindo ini?”

Investor : “Oh... itu nanti akan nampak di permohonan izin lokasinya.”

Sebulan kemudian perusahaan investor berdiri dengan nama: PT. Lumpur Makmur beserta seluruh izin usahanya. Tapi Bupati Sidoarjo terkejut ketika direktur PT. Lumpur Makmur mengajukan permohonan izin lokasi yang tertera kalimat : “Untuk mengubur kebodohan.”

Si Bupati heran, apa usaha penguburan kebodohan termasuk bisnis ekonomi yang terdaftar di Dinas Perekonomian?

Bupati : “Mana bisa usaha penguburan kebodohan diberi izin?”

Kabag Ekonomi : “Wah nggak ada Pak.”

Bupati : “Jadi nggak bisa?”

Kabag Ekonomi : “Nggak bisa, Nggak ada dasar hukumnya.”

Bupati : “Tanya ke Menteri Ekonomi?”

Kabag Ekonomi : “Sudah. Katanya nggak ada! Nggak bisa”

Sang investor tersenyum geli. Akhirnya dia mengajukan izin eksploitasi seluruh kekayaan Indonesia dan menghabiskannya. Sebab di Indonesia tak ada izin penguburan kebodohan. Gampang menghabiskan kekayaan bangsa yang pemerintahannya tidak mengizinkan usaha penguburan kebodohan.

Surabaya, 2 Juni 2008

Jumat, 23 Mei 2008

SBY JK = Susah BBM Ya jalan Kaki

Pagi-pagi, bangun tidur, tanggal 24 Mei 2008, lihat MP (mobile phone) ada SMS dari kawan di Balikpapan: “Pemerintah tuli! Harga BBM benar-benar naik. Susah! Wah, kalau begitu ya SBY – JK saja: (S)usah (B)BM (Y)a (J)alan (K)aki saja !”


Wakakakak.......

Sabtu, 17 Mei 2008

Goblok Juga Bisa Kaya

Kriiiiiiiiiiiiiiiing, dering telepon kantor Mitun. Ia bergegas menerima.

"Selamat siang. Di sini kantor makelar perkara Rokim & Partners," sapa Mitun, si sekretaris.

"Siang! Mbak,... saya minta nomer telepon kantor ini! Cepat ya!" bentak orang yang sedang menelepon kantor Mitun itu. Suaranya galak.

"Maaf Pak, ini yang sedang Bapak hubungi adalah nomor telepon kantor kami," jawab Mitun dengan sopan nan lembut.

"Saya bilang, saya minta nomer telepon kantor ini! Kamu nggak tahu saya ini Hong Kong Blok, customer nomer satu di kantor ini!... Cepat! Aku mau nomer telepon kantormu!" bentak Pak Hong Kong Blok semakin terdengar galak.

Akhirnya, daripada ramai, Mitun menuruti. "Yang waras ngalah," gumam Mitun.

"Mohon dicatat Pak,... ini nomernya: 593xxxx.... ," kata Mitun tetap sopan. Maklum, Hong Kong Blok itu memang klien kaya di kantor Mitun.

"Nah... ini yang aku maksud. Sebentar lagi aku telepon Mbak Mitun. Ada yang penting nih!" kata Pak Hong Kong Blok dengan tetap ketus.

Mitun meletakkan gagang teleponnya. Sebentar kemudian telepon itu berdering lagi.

"Selamat siang!" sapa Mitun.

"Siang! Nah, ini nomer telepon kantor yang aku maksudkan..... Ini baru benar.... Saya mau bicara sama Pak Rokim. Mana orangnya? Kasus saya kok nggak jalan. Katanya kalau biaya hakimnya sudah dibayar akan cepat beres......." dst.... Hong Kong Blok marah-marah, ngomel-ngomel.

Mitun ya jengkel, ya pengin tertawa. Ternyata orang goblok juga bisa kaya.......

Mengapa Pesawat Indonesia Dilarang ke Eropa?

Dari Cak Bagio, 20/9/2007
Ada cerita begini: Suatu hari pesawat terbang Indonesia terbang ke Inggris. Pesawat oleng di angkasa, diduga kelebihan muatan. Maklum, pesawat Indonesia pernah ada yang jatuh diduga kelebihan muatan durian. Penumpang pesawat itu dari berbagai negara. Seorang warga negara Cina berteriak kepada petugas, "Tolong, tiga koper saya di bagasi dibuang saja! Isinya uang! Nggak masalah, di Cina gampang cari uang. Cina kaya!" Tiga koper uang si Cina dibuang.

Seorang warga Amerika Serikat (AS) tak mau kalah. "Silahkan buang lima koper saya yang berisi uang dan surat-surat berharga! AS lebih kaya Bung!" kata si Amerika dengan sombong, tak mau kalah dengan Bush. Tapi pesawat masih oleng. Penumpang semakin panik. Seorang warga Arab Saudi berdiri dan berteriak, "Masya Allah! Tolong lima kuintal kurma saya juga buang dari bagasi!" Tapi pesawat tetap oleng. Akhirnya seorang warga Indonesia menyeret dua orang di kiri dan kanannya menuju pintu pesawat dan melempar keluar dua orang itu. "Hai, Anda gila!" teriak orang Nigeria. "Oh, no problem, dua orang tadi koruptor Indonesia yang mau kabur. Jangan kuatir, Indonesia kaya koruptor, masih banyak persediaan," jawab si Indonesia santai.

Tapi pesawat tetap oleng. Si Nigeria mendatangi si Indonesia dan melemparnya keluar dengan dugaan si Indonesia tadi juga koruptor. Pesawat terbang mulai melayang dengan tenang. Para penumpang gaduh membuat kesimpulan; pesawat tadi oleng karena ditumpangi tiga koruptor Indonesia. Sesampai di Inggris berita itu tersebar, sehingga UE mengeluarkan keputusan melarang maskapai penerbangan Indonesia ke Eropa sebab Indonesia terkenal sebagai surga koruptor. Maka sekarang ada teori baru dalam teknik penerbangan, yaitu: KORUPTOR PENYEBAB PESAWAT TERBANG OLENG.

Suruh naik sepeda onthel atau tongkang aja ke Eropa!